![]() |
sumber gambar : https://twitter.com/sarlisart/status/1047530951268425728 |
Saya tahu, peluhmu tidak
akan ada kesempatan untuk kering. Kecuali kau balik dari lapangan panas itu,
dan kembalilah engkau ke kamarmu. Dalam bilik itu, kau menahan rindu. Anakmu
yang butuh kasih, istrimu yang butuh cinta, tapi kasih dan cinta juga butuh
materi untuk tetap tertawa. Sayang, kau lebih logis dan yakin bahwa uang akan
tetap membuat dunia tetap bekerja. Tapi kau tidak logis bahwa semua juga karena
Tuhan yang Esa. Jadi kau tinggalkan duniamu yang berisi cinta dan kasih itu di
kampung halamanmu. Sedang Tuhan? Aku tak
tahu bagaimana engkau melaku. Tapi kau marah. Kau bocah yang menanyakan
keadilan. Kau bocah berhati lebam. Karena kau pisah dengan cintamu dan kau marah
dalam bertahun itu. Aku tahu bagaimana penolakanmu pada kenyataan. Kau sudah punya
cinta dan kasih tapi kau hidup bebas dengan gaya Chairil Anwar.
Anakmu ini tahu bahwa
ada yang tak beres dengan bapaknya. Anakmu ini tahu bahwa ada yang janggal
dengan air mata ibunya. Dalam bertahun itu kau tak mau mengajakku main. Lalu
kau tetiba bilang ingin bermain? Apa kau lupa anakmu ini sudah menjadi tua.
Dalam bertahun itu aku belajar untuk bukan menjadi seorang bocah seperti teman
sebaya. Kini? Aku harap menjadi bocah selamanya. Tak ada hal rumit atau sakit tentunya.
Dalam bertahun itu kau
menjadi orang asing. Yang hanya mampir dalam catur wulan atau tri wulan dalam
bertahun itu. Aku tak bisa katakan kalau
aku tumbuh dalam keluarga yang cacat. Itu jahat!
Yang
tidak aku tahu, bagaimana
engkau tiap subuh bergegas untuk siap-siap menjemput peluhmu dan kembali
setelah isya atau makan malam terakhirmu. Yang aku tidak tahu bagaimana engkau
selalu ada ketika aku mendadak minta uang saku misalnya. Yang aku tidak tahu
bagaimana kau makan tiap harinya, cuci baju kotormu, atau bagaimana saat kau
merindu dan sedang sakit sakitnya. Yang aku tidak tahu bagaimana kau menahan
isak tiap harinya karena kau harus berada dalam ranah yang berbeda dengan kasih
dan cintamu. Yang aku tidak tahu bagaimana kau bertahan selama berpuluh tahun
itu untuk selalu sendiri dalam kerja kerasmu. Hanya dalam hari raya tiba kita
akan berkumpul bersama.
Lalu kau takkan tau
bahwa aku tahu kau pernah menahan
tangis. Aku tahu kau pernah menahan
isak. Sampai akhirnya kau menangis dalam jarak yang terpisah pada sebuah benda
ditelinga kita. Kau mengadu dengan air mata sedang aku bocah yang tidak bisa berbuat
apa-apa. Dalam berpuluh tahun kau orang asing yang bahkan bersapa kabarpun
jarang. Pada waktu itu kau mengadu padaku, dalam aduanmu, dunia segera runtuh. Karena lelaki
di depanku ini menagis tanpa tahu malu. Yang
kita sama-sama tahu kita keluarga paling asing. Yang kita sama-sama tahu,
kita sama-sama salah beperan. Dalam peranmu sebagai bapak dan peranku sebagai
anak. Yang kita sama-sama tahu, kita hanya pura-pura untuk hanya kuat bukan
saling menguatkan.
Itu salahmu karena
semua menjadi asing karena
pengasinganmu. Tapi ini juga salahku
yang tak tahu bahwa "kami" juga harus menemani pengasinganmu. Tapi
yang paling aku tahu bahwa kau sangat berusaha beperan dalam tanggung
jawabmu. Seberapa besar amarahmu,
seberapa letih tiap hari dalam peluhmu, atau bagaimana engkau menahan isak
karena dunia tak bekerja dengan sempurna. Aku masih sangat bersyukur tak ada
celah untuk meninggalkanku, -Kami.
Peluhmu
nanti akan aku bayar dengan surga. Itu adalah usahaku yang paling paripurna.
Terimakasih
dengan caramu sendiri dalam mencintaiku.
Selamat
hari ayah terbaik.
di tulisannya ada bawang merahnya :" dalem
BalasHapusuwuwuwu my love
BalasHapusIm not crying. You are crying!
BalasHapusi am not.really
Hapus