![]() |
sumber: https://mmc.tirto.id/image/2017/04/21/BumidanPlastik2.jpg |
Dari
data tersebut, Indonesia belum bisa melakukan distribusi merata untuk
pembuangan sampah, buktinya sampah Jakarta saja dilokasikan di TPA Bantar Gebang.
Selain masalah pendistribusian yang tidak merata, sampah yang bercampur menjadi
masalah utama di Indonesia. Sampah bercampur yakni sampah yang tidak terpilah jenisnya,
contohnya saja sampah organik namun terdapat sampah plastik. Hal ini sering
ditemui di mana saja, bahkan di ranah kampus sebagai tempat pendidikan. Sampah organik
malah berisis plastik, dan hal tersebut seperti sudah biasa dan menjadi budaya.
Banyak anggapan bahwa yang penting sampah dibuang di tempatnya bukan dipilah
sesuai jenisnya. Padahal, pilah sampah adalah solusi agar sampah yang membludak
di setiap TPA di Indonesia bisa dikurangi. Dengan memilah sampah sesuai jenisnya, sampah
organik dapat dikurangi dengan mendaur ulangnya sebagai pupuk dan sampah
plastik dapat didaur ulang dengan menjadikannya sebagai bijih plastik. Dengan begitu,
sampah yang ada di TPA tinggal sampah residu yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Apalagi pilah sampah dilakukan setiap pribadi, pasti Indonesia sudah
tidak jadi negara berprestasi dalam ranah penyumbang sampah terbesar dunia.
Urgensi
permasalahan sampah ini harusnya sudah melekat diurat nadi, bukan membiarkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan data sampah plastik Indonesia menjadi
perhatian mata oleh presiden bank dunia. Ditambah dengan data mengenai ikan paus sperma
yang mati perariran Wakatobi bulan Novemebr lalu karena di dalamnya terdapat
sampah plastik 5,9 kilogram beratnya. Begitu parahya masalah sampah di Indonesia,
bahkan data sampah plastik Indonesia menurut data yang dipublikasikan dalam
laporan sintesis pada April 2018 dengan judul Sampah Laut Indonesia melalui lamam documents.worldbank.org, menyatakan
bahwa pada tahun 2010 Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta
yang tinggal dalam jarak 50 km daripesisir dan setiap tahunnya menghasilkan
3,22 juta ton sampah yang tak terkelola dengan baik, dan diperkirakan
mengakibatkan kebocoran 0,48-1,29 juta ton metrik sampah plastik per tahun ke
lautan. Dalam laporan tersebut,
diperkirakan bahwa saat ini sekitar 85.000 ton sampah dihasilkan setiap hari di
Indonesia, dengan perkiraan kenaikan hingga 150.000 ton dihasilkan per hari pada
tahun 2025, yakni suatu kenaikan sebesar 76% hanya dalam kurun waktu 10 tahun.
Dalam
perkiraan sampah Indonesia yang semakin meningkat presentasenya, semakin
membutuhkan “perawatan” yang sempurna. Anggap saja Indonesia sedang sakit dan butuh perawatan.
Sedangkan untuk menyembuhkan sakit,
Indonesia butuh obat seperti kebijakan
yang semakin tegas, partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah yang semakin ciamik, dan tentu saja isu permasalahan
sampah yang harusnya sudah menjadi agenda publik. Agar perawatan berjalan
sempurna, partisipasi masyarakat memang solusinya karena semakin hari sampah
tidak akan berkurang pasti, dan hanya akan bertambah setiap harinya. Sedangkan partisipasi
masyarakat yang harus dilaksanakan yakni mengelola sampah karena sudah menjadi tugas
para generasi bangsa Indonesia.
Mengelola
sampah memang keharusan bagi setiap warga negara sesuai dengan UU RI nomor 18
tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Namun mengelola sampah yang menjadi
solusi urgensi sampah Indonesia adalah yang seperti apa? Bukankah buang sampah
di tempatnya sudah tepat? Tidak. Buang sampah di tempatnya bukan mengelola sampah,
tapi hanya menaruh ke tempat sampah. Mengelola sampah yakni dengan prisip 3R (reuse,reduce, recycle), yakni tidak menggunakan
kantong kresek tapi gunakan kembali kantong belanja, kurangi air kemasan dalam
botol dan lebih baik membawa botol minum, dan daur ulang benda yang dianggap
sampah menjadi benda yang menambah nilai guna. Dengan menerapkan prinsip 3R
dalam keseharian, sampah yang dihasilkan setiap individu di Indonesia akan
berkurang dan sampah akhir yang berada di TPA pun akan berimbas pula. Berimbas
pada jumlahnya yang semakin berkurang dan jenisnya yang sudah terpilah dengan
tepat. Buktinya, menurut data survei yang dilakukan oleh Dietkantonglastik dalam lamannya, dengan penerapan kantong
plastik berbayar sejak 21 februari 2016 disetiap retail di Indonesia, dalam
satu tahun saja sudah mengurangi penggunaan plastik sebesar 40 persen. Apalagi dengan penerapan prinsip 3R oleh setiap
individu di Indonesia, bisa saja prestasi Indonesia berbalik menjadi urutan ke
dua sebagai negara penyumbang sampah terendah di dunia.
Urgensi
masalah di Indonesia memang sedang meninggi. Sedangkan masalah sampah atau
bahkan sampah plastik memang harus ditindaklanjuti sejak dini. Jika penanganan
sampah yang sekarang tidak jalan, bagaimana nasib sampah yang dihasilkan dihari
depan. Bahkan menurut laman CnnIndonesia
dengan judul Jenis Sampah dan Lama Proses
Penghancurannya, waktu yang dibutuhkan dalam mengurangi sampah kantong
plastik biasa membutuhkan waktu 10 sampai 12 tahun untuk terurai dan untuk
sampah botol plastik lebih lama lagi. Hal tersebut dikarenakan polimer yang
terkandung di dalamnya lebih kompleks dan lebih tebal. Sedangkan styrofoam yang sering digunakan di
Indonesia, membutuhkan waktu 500 tahun untuk bisa hancur sempurna. Oleh karena
itu, semoga bangsa Indonesia bisa menebus obat untuk perawatan Indonesia yang
sedang sakit, yakni obat dengan komposisi partisipiasi masyarakat yang aktif dalam
mengelola sampah dalam kehidupan sehari-hari.
Sampah juga bencana Nasional, seraam seraaam
BalasHapusMakanya orang yang paling top itu adalah si abang tukang sampah, coba bayangkan kalo ngga ada dia :(
BalasHapussayang banget masih banyak masyarakat yang anggap masalah sampah tuh sepele..udah kena bencana malah nyalahin pemerintah bukannya instrospeksi huhu
BalasHapusSudah selayaknya kita pun sebagai warga, pandai2 memilah sampah dan menggunakan produk yang ramah lingkungan dan mengurangi pemakaian botol plastik. Ayo bawa tumbler eeaa
BalasHapusJumlah sampah tiap harinya udah melebihi jumlah penduduk di Indonesia ya. Harus mulai sadar dan menanamkan disiplin tentang sampah ke anak aku nih sejak dini sebagai langkah awal.
BalasHapusUdah dipilah dirumah.. ehh karna tukang sampah datangnya seminggu sekali..jadinya yang ditong suka diacak2 pemulung jadinya rarujit deh
BalasHapusTeh aku pernah liat ada bule foto pake drone pacarnya rebahan di pantai penuh sampah dan...itu di Bali :((((( Dua permasalahan ya teh kelola sampah dan budaya masyarakatnya. Pendidikan soal buang sampah harus banget didoktrin soalnya memang secuek itu orang Indo sama sampah zad
BalasHapusSampah ini udah mengerikan banget ya. Sampah dimana-mana, sampai kelaut. Pernah nonton video penyu yang hidungnya kemasukan sampah sedotan dan ikan paus yang terdampar isi perutnya sampah plastik. Serem banget. Udah harus jadi perhatian nih sampah sekarang ini.
BalasHapusKita gabisa nunggu pemerintah sih..hrs mulai milah sampah sendiri..bikin kompos sendiri, kasihin sampah yg bisa diolah ke bank sampah, ke pemulung... Jadi ya memang kudu mulai dr diri sendiri dlu hehe
BalasHapusmestinya sampah ini kita kelola sendiri dan mulai sadar pentingnya memisahkan sama dan diet sampah plastik!
BalasHapusHuwa aku langsung kliyengan bayangin di dunia ini penuh dengan timbunan sampah yang menumpuk karena gabisa terdaur ulang ya Allah :'(
BalasHapus